Ginju itu bukanlah zat pewarna makanan atau apapun, namun adalah
sebuah “gerakan” karena untuk maju itu harus bergerak. Yaitu Gerakan Infaq Jum’at
Program ini sudah terbukti dan sudah dijalankan oleh sebuah
madrasah Pondok Pesantren di Sumatera Utara, yaitu Pesantren Modern Unggulan
Terpadu Darul Mursyid. Dimana saat ini pesantren ini adalah Pesantren Terbaik
di Sumatera Utara dengan segudang prestasinya. (Kita bisa mengunjungi
Websitenya di www.darulmursyid.com)
Apa hebatnya gerakan ini? Coba kita mulai berfikir secara
matematik, jika siswa dan guru yang ada di madrasah itu berjumlah 100 orang dan
jika per-orang memberikan infaqnya sebesar 1.000 rupiah, maka akan terkumpul
dana sebesar 100.000,- per-jum’at, jadi kalau 1 bulan terkumpul sebesar 400.000,-
(empat ratus ribu rupiah). Dalam setahun terkumpul 4.000.000,-
(10 bulan x 400.000). Ini dapat kita gunakan misal untuk beli 1 buah LCD
Proyektor, Pelantang Suara dan lain-lain keperluan guru dalam pembelajaran.
Hasil ini belum seberapa, jika gerakan ini sudah menjadi
kebiasaan dan saling berlomba (Fastabiqul khairat). Seperti pesantren
tersebut di atas ia mampu mengumpulkan sedikitnya 40.000.000,- (empat puluh
juta rupiah) setiap bulannya.
Pengaruhnya terhadap pendidikan
Berinfak dan bersedekah adalah ajaran yang mulia untuk
mendidik kita peduli pada sesama. Perlu adanya latihan untuk membiasakan diri
pada setiap manusia. Jika yang menggerakkanya adalah instansi pendidikan, maka
hal ini sangat baik dan sangan efisien. Kebiasaan itu akan terus dibawa oleh
mereka dan dimanapun mereka berada. Lambat laun akan membentuk masyarakat yang
saling peduli membangun lingkungan dan negeri ini.